Satu hal yang wajib kita imani bahwa Allah Ta’ala tidaklah
melakukan suatu perbuatan yang sia-sia atau sekedar main-main saja tanpa maksud
dan tujuan tertentu. Akan tetapi, perbuatan Allah Ta’ala itu dilandasi oleh
hikmah, yang bisa jadi kita ketahui atau tidak kita ketahui.
Demikian pula dalam penciptaan manusia, juga memiliki
hikmah. Allah Ta’ala memiliki hikmah tertentu dalam penciptaan manusia.
Sebagian manusia bisa merealisasikan hikmah penciptaan tersebut. Dan sebagian
lagi tidak bisa merealisasikannya, baik karena kebodohannya atau karena
kedurhakaannya.
Dalam tulisan singkat ini, kami akan menyebutkan secara
singkat dua hikmah penciptaan manusia.
Hikmah pertama, agar manusia memiliki ilmu tentang Allah
Ta’ala
Hikmah penciptaan ini Allah Ta’ala jelaskan dalam
firman-Nya,
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ
اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عِلْمًا
”Allah-lah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu
mengetahui bahwasannya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan (agar kamu
mengetahui bahwa) sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 12)
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa Dia
menciptakan langit dan bumi serta di antara keduanya agar hamba-Nya mengetahui
(memiliki ilmu) bahwa Dia Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Oleh karena itu, mengenal Allah Ta’ala, melalui ilmu
terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala (tauhid asma’ wa shifat),
adalah salah tujuan dari penciptaan manusia.
Allah Ta’ala berfirman di ayat yang lain,
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ
”Ketahuilah, bahwasannya tidak ada
sesembahan yang benar (yang berhak disembah) kecuali Allah.” (QS. Muhammad
[47]: 19)
Hikmah kedua, agar manusia beribadah hanya kepada Allah
Ta’ala
Hikmah ke dua ini juga telah Allah Ta’ala jelaskan dalam
firman-Nya,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidaklah menciptakan jin dan
manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)
Dalam ayat di atas, makna dari:
لِيَعْبُدُونِ
“beribadah kepada-Ku”, adalah:
لِيُوَحِّدُونِ
“mentauhidkan Aku.”
Maksudnya, seseorang tidaklah dinilai beribadah kepada Allah
Ta’ala sampai dia mentauhidkan Allah Ta’ala dalam ibadah tersebut. Yaitu dengan
tidak beribadah kepada selain Allah Ta’ala.
Jika di satu waktu seseorang beribadah kepada Allah Ta’ala,
dan di waktu yang lain dia beribadah kepada selain Allah Ta’ala, maka dia
tidaklah dinilai beribadah kepada Allah Ta’ala. Hal ini karena ibadah dia
kepada selain Allah itu akan membatalkan ibadah dia kepada Allah. Dengan kata
lain, karena dia tidak mentauhidkan Allah Ta’ala dalam ibadah tersebut.
Oleh karena itu, semakna dengan tafsir di atas adalah
memaknai “beribadah kepada-Ku” dengan,
يفردوني
بالعبادة
“Meng-esa-kan-Ku dalam ibadah.” [1]
Inilah yang membedakan antara penciptaan manusia dan
binatang. Karena hikmah di atas, Allah Ta’ala memberikan akal kepada manusia.
Allah juga mengutus rasul kepada manusia dan menurunkan kitab-kitab. Seandainya
penciptaan manusia itu sama dengan binatang, tentu diutusnya rasul dan
diturunkannya kitab adalah perbuatan sia-sia semata. [2]
Jika kita renungkan lebih dalam lagi, hikmah ke dua ini
merupakan konsekuensi dari hikmah yang pertama. Artinya, ketika seorang hamba
mengenal Allah Ta’ala, mengenal nama-nama Allah yang husna, dan mengenal
kesempurnaan sifat Allah Ta’ala, bahwa tidak ada satu pun makhluk yang mampu
menandingi Allah dalam kesempurnaan sifat tersebut, tentu hamba tersebut akan
beribadah kepada Allah Ta’ala saja dan tidak beribadah kepada selain-Nya.
Baca Juga: Nabi Nuh, Bapak Seluruh Manusia Setelah Nabi Adam
Dua hal di atas adalah hikmah, sebab, atau alasan Allah
Ta’ala menciptakan manusia. Bisa jadi terealisasi, dan bisa jadi tidak. Oleh
karena itu kita jumpai berbagai jenis manusia dalam merealisasikan hikmah
penciptaan mereka. Ada di antara mereka yang: (1) tidak beribadah kepada Allah
Ta’ala sama sekali, dan tidak pula beribadah kepada selain Allah; (2) tidak
beribadah kepada Allah Ta’ala sama sekali, namun beribadah kepada selain Allah;
(3) beribadah kepada Allah, dan juga beribadah kepada selain Allah; dan (4)
beribadah kepada Allah saja, dan tidak beribadah kepada selain Allah.
Tidak kita ragukan lagi, yang betul-betul merealisasikan
tujuan penciptaan mereka adalah manusia jenis ke empat. Semoga Allah Ta’ala
menjadikan kita termasuk dalam hamba-hamba-Nya yang mampu merealisasikan ibadah
hanya kepada-Nya semata. Aamiin.
Sebagai kesimpulan, terdapat dua hikmah atau tujuan
penciptaan manusia.
Pertama, agar manusia mengenal Allah Ta’ala, yaitu
mengetahui kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Kedua, agar manusia beribadah kepada Allah Ta’ala sebagai
tuntutan dan konsekuensi dari pengenalan kepada Allah Ta’ala tersebut.
Sumber Muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar